Ceritanya hari ini saya mau belajar nulis lagi wkwk.
Kali ini, cerita ini terbentuk akibat dari pesan line saya pada seseorang yang ternyata tidak di balas balas padahal bagi saya penting sekali.
Alhamdulillah sudah di read tapi Alhamdulillah belum dibalas sudah 7 menit berlalu.
Ya sudahlah, makanya untuk mengusir prasangka prasangka buruk saya yang ada di pikiran.
Lebih baik saya ngeblog aja mumpung ada quota dan niat. wkwk
So... Ini cerita kedua saya :
Cerpen : Yono Galau, Kang Mamad bertuah
Ahad itu, Mega merah pertanda magrib datang telah muncul dengan gagahnya. Suara ajakan mendirikan shalat terdengar di penjuru desa. Kala itu, kang mamad juru kunci mushola desa segera mengajak anak-anak kecil yang berlarian di latar mushola untuk segera ambil wudhu dan membuat shaf di belakang dengan rapi sembari mengingatkan “Mengko yen pak ustadz wis shalat, jok rame-rame yo! Yen rame lapor ne aku, mengko ra tak bage-i cemilan bar ngaji”* kata kang mamad dengan mata melotot dan senyum jahat [chuckle].
*translate : Nanti kalau pak ustadz shalat, jangan berisik ya! Kalau ada yang berisik laporkan ke aku nanti gak tak kasih makanan setelah ngaji.
Tapi anak kecil tetaplah anak kecil, alhasil merekapun tetap berlarian kesana kemari saat shalat di laksanakan. Seluruh jamaah mushola yang terbiasa dengan hal ini pun tetap khyusuk melaksanakan shalat jamaah walau ada di antara mereka yang tidak khusuk. Beberapa orang yang tidak khusuk melaksanakan shalat dan tersadar akan ketidak khusukannya sesekali beristigfar dan fokus kembali. Usai shalat, kang mamad berdzikir sebentar lalu beranjak ke latar mushola menemui anak-anak untuk melanjutkan sesi mengaji setelah sebelumnya telah di potong adzan magrib tadi.
Selangkah demi selangkah, tak sengaja ia melihat pemuda dengan mimik sedih duduk bersandar di mushola, kang mamad yang tidak tahan melihat atau penasaran pun segera menghampiri “Ada apa? Mukamu muram durja gitu” sahut kang mamad. “Ah Kang, aku sedang berfikir. Sulit sekali khusuk shalat kang, tadi 3 rakaat saja, aku mikir aneh-aneh mulu kang. Mana tugas sekolah, mana game dota ku ada event pingin buru-buru main, mana amak masak cumi bumbu santan kesukaanku. Aduh,,, gimana nih kang? Tak benar ini, aku dapat pahala tidak ini kang shalat jamaah? Atau aku shalat sendiri aja lah di rumah?”.
Selangkah demi selangkah, tak sengaja ia melihat pemuda dengan mimik sedih duduk bersandar di mushola, kang mamad yang tidak tahan melihat atau penasaran pun segera menghampiri “Ada apa? Mukamu muram durja gitu” sahut kang mamad. “Ah Kang, aku sedang berfikir. Sulit sekali khusuk shalat kang, tadi 3 rakaat saja, aku mikir aneh-aneh mulu kang. Mana tugas sekolah, mana game dota ku ada event pingin buru-buru main, mana amak masak cumi bumbu santan kesukaanku. Aduh,,, gimana nih kang? Tak benar ini, aku dapat pahala tidak ini kang shalat jamaah? Atau aku shalat sendiri aja lah di rumah?”.
“haduh, haduh tak benar kamu ini Yon, sudah bagus kamu shalat jamaah, lakukan saja terus, yang salah itu fokus kamu, latihan saja luruskan niat, lama-lama jagolah kamu khusuk dalam shalat. Kalau kamu shalat sendiri, yakinkah kamu bisa khusuk shalat? Kata guru sma ku dulu bapak Buchori, beliau pernah bilang “shalat sendiri itu, setan lebih leluasa menggoda. Tapi kalau shalat jamaah godaannya bisa lebih di tekan, apalagi kelebihannya kita bisa fokus, karena shaf rapat, imam memimpin shalat dan kita fokus bersama” gitu seingatku. Jadi uda bagus lah kamu ini shalat jamaah, hidupkan musholah desa kita ini” jawab kang mamad sembari menepuk pundak pemuda bernama Yono itu.
Yono pun mengangguk “Sudah bagus ya berarti kang, alhamdulillah.. tapi kang dapat pahala tidak aku ini, tiga rakaat pikiranku melayang ke mana-mana. Hiks hiks”. “Haduh-haduh jangan lah kamu masalahkan itu, pahala atau tidak itu urusan Allah, di terima atau tidak itu urusan Allah. Kita cuma melakukan yang terbaik yon. Oh iya, aku juga ingat kata Pak Buchori, waktu kami belajar kitab fathul qarib dulu, beliau pernah bilang sebagai intermezzo sepertinya gini beliau bilang “kalau shalat jamaah itu, kalau ada jamaah tidak khusuk , imam khusuk maka shalat nya di terima. Kalau ada imam tidak khusuk, jamaah ada yang khusuk, shalat jamaahnya diterima, kalau ada dua-duanya gak khusuk, berjamaahnya diterima” gitu katanya. Jadi sudahlah segera kita perbaiki niat, jangan kau muram-muram gitu. Aku juga sering tak khusuk dan aku juga masih memperbaiki diri, jadi ayo kita istiqomah perbaikin diri sama-sama” ujar kang mamad kebanggaan desa.
“Oke kang, aku mau pulang cepat-cepat kalau begitu sebelum shalat isya dimulai” jawab yono sembari berdiri dan memasang mata berbinar. “ngapain kamu pulang? sini temanin aku ngaji bareng anak-anak sembari nunggu isya” jawab kang mamad dengan persuasive.
“Tidak dulu hari ini kang, Aku mau menenangkan pikiran. Cumi kesukaanku belum ku santap . Bahaya kalau nanti isya’ aku kepikiran cumi kang!!” sahut yono
“Dasar kamu ini, ya sudah sana pergi, jangan lupa kamu jamaah lagi nanti kalau sudah adzan isya’ memanggil” timpal kang mamad.
“Oke kang !! nanti ku bungkuskan cumi terbaik mamak untuk akang” sahut yono sembari berjalan
“Tob markotob, ku tunggu kamu disini” sahut kang mamad ceria
“Assalamu’alaikum” teriak yono berpamitan sembari bergegas pulang.
“Wa’alaikum salam wr wb” jawab kang mamad.
Kang mamad pun segera kembali ke tujuan awalnya , hem.. mendisiplinkan bocah kampung yang masih berkeliaran di latar mushola.
“Ayo sini,,, ngaji kita....” teriak kang mamad si jaga kunci mushola kampung.
Inspired by alam pikiran yang mencoba mengusir prasangka atas pesan penting yang belum terjawab. Apabila ada salah kata datangnya dari saya, mohon maaf dan terimakasih sudah membaca coretan saya wkwk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar