NANTI SAJA TELPON MAMA, YAKIN NANTI SAJA ??
MALAIKAT TANPA SAYAP
Malaikat tanpa sayap, siapa lagi dia? Sebelum untaian kalimat yang ada menjawab arah pemikiranmu, ijinkan jemari-jemari yang menari indah dalam untaian kata ini bertanya beberapa hal. Sudahkah kau menelpon Ibu mu hari ini? Jika sudah, bagus dan luangkanlah beberapa waktu untuk membaca beberapa hal dibawah ini. Jika belum, segeralah menelpon menceritakan kabar beliau dan berbincang renyah bersamanya, karena hai, apa yang membuatmu berfikir kau akan hidup satu detik lagi? dan kemudian bacalah beberapa paragraf di bawah dan sampaikan salam cinta dan terimakasih mu padanya.
Tak dapat dipungkiri bahwa hati setiap insan akan selalu terisi dengan sosok mulia dari seorang ibu. sosok yang tak akan pernah tergantikan oleh siapapun meski beliau telah tiada. Sosok malaikat tak bersayap yang Allah percaya tuk menjaga kita di dunia. Sosok yang tak pernah berharap imbal jasa atas segala pengorbanannya, sosok yang tak pernah mengharap mendali emas atas setiap prestasi kita, sosok yang tak pernah mengharap gundukan uang atas kesuksesan kita, dan sosok yang tak mengharap apapun selain kebahagiaan anak-anaknya.
Rasulullah bersabda dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya wanita adalah wanita sholehah (HR. Muslim). Rasulullah juga berkata pada sahabatnya, saat sahabatnya bertanya siapa yang harus beliau hormati ibu atau ayah, dan Rasulullah SAW menjawab “Ibumu” sebanyak tiga kali, dan baru “ayahmu”. Tahukah apa itu artinya? Artinya Ibu kita adalah sosok mulia yang perlu kita hormati dan sayangi, sebagai wanita dan sebagai seorang ibu dari anak-anaknya.
Apa yang membuat di bawah telapak kaki ibu menjadi surga untuk anak-anaknya? biarkan rangkaian kalimat ini mempertegas kembali apa yang semestinya kita sudah ketahui alasannya.
Wanita diberi kemudahan oleh Allah, wanita memiliki kemudahan untuk mendapatkan surga. Apa yang menyebabkannya? Tentu karena keistimewaan wanita yakni haid, kehamilan dan menyusui. Itu semua adalah keistimewaan yang menjadi ladang kebahagiaan bagi kaum hawa. Apa kau tahu kebahagiaan tertinggi yang membuat seorang wanita menjadi wanita seutuhnya? Saat baligh? Bukan, saat menikah? Hampir, saat hamil? Iya. Saat memiliki anak? Tepat sekali. Benar, mimpi setiap hawa sangat sederhana, melahirkan generasi penerusnya dan membangun keluarga sakinah mawadah warahmah bersama pimpinan sholehnya. sederhana bukan?
Suatu saat datang suatu masa ketika demi mendapat kepercayaan Allah untuk menjadikna dirinya sebagai malaikat tanpa sayap bagi calon anaknya. Seorang ibu rela untuk terus berusaha, berdoa, mengorbankan waktu, biaya, mental, tenaga, dan segalanya yang ia mampu. Ketika kabar positif yang dinantikan dari seorang bidan tiba, saat itulah episode drama bergenre romance tak tergantikan mulai terjadi.
Meski berat menopang perut yang semakin mebesar dengan dua kaki yang tetap kecil, ia terus bertahan. Menahan sakit dengan segala gerakan janin di perutnya, semua ia lewati demi harapan besar pada benih janin yang ada di kandungannya. Memberi nutrisi terbaik untuk janin dalam perutnya, mengenalkan asma Allah tanpa henti lewat bibir lembutnya, menyapa janin setiap harinya, membawa berjalan jalan dengan menghirup oksigen pagi dengan perut buncitnya.
Sembilan bulan berlalu, dan waktu kelahiranpun tiba. Inilah bukti cinta terbesar yang beliau berikan pada kita, pertaruhan nyawa untuk kehidupan buah hatinya. Rasa sakit beliau abaikan demi jagoan kecil yang ingin melihat dunia. Keletihan, sakit, dan nafas yang terengah semuanya sirna menjadi sebuah kebahagiaan ketika tangisan seorang bayi menyeruah dalam ruang persalinan.
Sejak saat itu, setiap detik menjadi saksi cinta terbesar yang akan dan pernah dimiliki seorang anak. Setiap tingkah laku buah hati menjadi hiburan dan kebahagiaan tersendiri untuk seorang ibu. Saat anak mulai bisa bicara, ibu akan segera mengumumkan kebahagiaanya pada semua orang yang dikenalnya bahwa anaknya sudah bisa bicara “Pa..pa..” “Ma..ma..”. Saat anaknya mulai bisa merangkak, dan berjalan saat itu Ibu dengan perasaan bangga dan haru akan segera menceritakan pada semua orang tentang kebahagiaannya. Saat pertama kali bersekolah, Ibu akan jadi orang pertama yang meyakinkan bahwa sekolah adalah hal yang menyenangkan.
Saat anak mulai beranjak remaja, ibu adalah orang pertama yang berusaha menjadi sahabat dan terus mendorong dari belakang, mengingatkan saat kita hilang arah, ngomel dan sesekali marah saat kita melakukan hal bodoh. Ya, semua itu demi kebaikan kita walau terkadang hal itu hanya bisa kita rasakan saat kita beranjak dewasa.
Saat terhimpit kesulitan ekonomi, ibu adalah orang yang paling keras berdoa untuk kelancaran rezeki suaminya, ibu adalah orang yang paling berusaha keras untuk memastikan anaknya baik baik saja. Ikut bekerja, memastikan anaknya kenyang walau ia kelaparan dan tetap tersenyum pada anaknya, tersenyum memastikan pada anaknya bahwa semua baik-baik saja walau di dalam hatinya ia terus berdoa meminta jalan keluar. Segala ia lakukan demi anaknya, demi kesuksesan buah hatinya, demi kebahagiaan anak-anaknya. Apa kau merasakannya?
Saat dewasa, Ibu adalah orang pertama yang terus mendoakan kebahagiaan buah hatinya dan terus mendorongnya untuk maju dan berkembang. Saat buah hatinya ingin merantau mencari ilmu ke negeri seberang, Ibu adalah orang pertama yang akan tersenyum dan mendukung dengan penuh, walau sebenarnya dihatinya teriris, dan terasa berat melepas kepergianmu anak kesayangannya. Ibu adalah orang yang paling khawatir pada mu dan terus menelponmu dengan semua kerinduannya. Apa yang paling membuatnya bahagia? Tentu masih sama seperti dulu, cerita tentang buah hatinya. Beliau akan bahagia lebih dari rasa bahagiamu dan beliau akan lebih sakit saat kau merasa sakit. Tapi apa kau tahu apa yang paling hebat dari semuanya? Saat kau terjatuh, ibu adalah orang pertama yang akan menangkapmu, memelukmu, menenangkanmu dan berkata “semua akan baik-baik saja, kita masih punya Allah, dan kamu masih punya Ibu” disaat yang lainnya mundur dan pergi dari sisi-sisi mu.
Saat kau telah beranjak dewasa dan kau memutuskan untuk mengikrarkan janji suci dengan pasangan hidupmu. Siapakah orang pertama yang meneteskan air matanya? Tentu saja orang yang paling menyanyangimu, Ibu. Lihatlah sudut matanya telah dipenuhi samudra air mata dengan kilauan keharuannya. Langkah berat keikhlasannya menghantar buah hatinya ke kursi pelaminan, dengan balutan gaun pengantin yang indah. Rasa haru, bahagia, sedih, tercurah menjadi satu dalam balutan senyum hangat. Rasa bahwa buah hatinya tak lagi menjadi hanya miliknya, dan harap yang selalu terucap dalam benaknya “Semoga kebahagiaan selalu bersamamu”
Waktu terus bergulir, keriput itu kini telah akrab dengan kulit kering ibu. Rambut putih pun telah tumbuh di beberapa tempat, penyakit yang tak pernah di derita pun tiba. Ia pun tersadar, bahwa masanya akan berakhir. Hanya satu pinta yang sering terucap dengan senyum tenang di bibirnya “jika ibu meninggal, ibu ingin kalian buah hatiku ibu yang memandikan jenazah ibu dan ibu ingin imam shalat jenazah pun kau buah hati ibu yang mengimami, serta ibu ingin mendengar adzan dari bibir buah hatiku sembari mengantarkan jenazah ibu ke tempat pengistirahatan terakhir, agar ibu tahu, tak percuma ibu mendidik kalian menjadi hamba Allah yang sholih dan sholihah” ujarnya.
Oh ibu, jika waktu masih menjadi hak ku maka semoga Allah mengabulkan pintamu. Jika waktu masih menjadi hak ku ijinkan aku membahagiakanmu sepanjang hidupku. Jika waktu masih menjadi hak ku dan hak mu, ijikan aku mewujudkan kasih sayangku padamu sepenuh hatiku. Tetapi, jika skenario Allah telah menakdirkan engkau untuk berada di sisiNya dan aku belum bisa membahagiakanmu dengan seluruh kemampuanku, maka ijinkan aku terus menyapamu dalam doaku.
Terimakasih ibu atas semua kesabaran, kasih sayang, dukungan dan doa yang tak pernah putus untuk ku. Jika Allah masih menjadikan esok sebagai hakku, semoga aku bisa membawamu ke rumah tuhan dan beribadah disana bersama.
Seseorang pernah menyadarkanku, apa itu kesuksesan? Kesuksesan bukan tentang gelimang harta yang kau punya, mobil bermerek yang kau punya tau jejeran apartemen yang kau miliki. Kesuksesan adalah apa yang dapat kau bagi untuk orang lain, dan apa yang bisa kau bahagiaakan untuk kedua orang tuamu. Karena jangan permasalahkan pendeknya deadline tugas yang kau miliki, hingga kau mengabaikan kedua orang tuamu dengan berfikir mereka akan terus bersamamu, tidak kawan, coba kita berfikir seberapa pendek waktu yang kau miliki untuk membahagiakan mereka, karena waktumu tidak ada di genggamamu dan seberapa pendek waktu yang kedua orang tua kita miliki untuk kita bisa membahagiakannya, karena waktu juga tak menjadi kehendak kedua orang tuamu.
Sepanjang perjalanan kita, semoga kita semua bisa selalu membahagiakan kedua orang tua kita. Jika bukan dengan materi, maka berikan mereka ketenangan batin di setiap hembusan nafasnya, semoga kita selalu bisa membanggakan beliau dengan segala prestasi kita, dan semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan umur panjang kepada kedua orang tua kita. Jika diantara orang tua kita telah ada yang berpulang sebelum kita membahagiakannya. Semoga kita menjadi anak yang sholih sholihah dan mampu menghantarkan doa sebagai jembatan surga bagi kehidupan kekal nanti. Jangan bersedih karena waktu itu pasti tiba. Jangan berdiam diri, lakukan apa yang kau bisa lakukan untuknya. Karena waktu, kenangan, keputusan, dan sedetik lalu tak akan pernah kau ulang di detik berikutnya.
Semangat untuk kita semua !
Inspired by curhatan tetangga.
:) Jika ada salah kata datangnya dari saya, mohon maaf dan terimakasih sudah membaca :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar